Jumat, 20 Mei 2011

HARI KEBANGKITAN NASIONAL

Share |

Kebangkitan Nasional adalah Masa dimana Bangkitnya Rasa dan Semangat Persatuan, Kesatuan, dan Nasionalisme serta kesadaran untuk memperjuangkan kemerdekaan Republik Indonesia, yang sebelumnya tidak pernah muncul selama penjajahan Belanda dan Jepang. Masa ini ditandai dengan dua peristiwa penting yaitu berdirinya Boedi Oetomo (20 Mei 1908) dan ikrar Sumpah Pemuda (28 Oktober 1928). Masa ini merupakan salah satu dampak politik etis yang mulai diperjuangkan sejak masa Multatuli.

Tokoh-tokoh yang mempolopori Kebangkitan Nasional, antara lain yaitu

1. Dr. Sutomo
2. Gunawan
3. Dr. Cipto Mangunkusumo
4. Ki Hajar Dewantara
5. dr. Douwes Dekker

Pada 1912 berdirilah Partai Politik pertama Indische Partij. Pada tahun ini juga Haji Samanhudi mendirikan Sarekat Dagang Islam (Solo), KH Ahmad Dahlan mendirikan Muhammadiyah (Yogyakarta) dan Dwijo Sewoyo dan kawan-kawan mendirikan Asuransi Jiwa Bersama Boemi Poetra di Magelang.Kebangkitan pergerakan nasional Indonesia bukan berawal dari berdirinya Boedi Oetomo, tapi diawalai dengan berdirinya Sarekat Dagang Islam pada tahun 1905 di Pasar Laweyan, Solo.Sarekat ini awalnya berdiri untuk menandingi dominasi pedagang Cina pada waktu itu.Kemudian berkembang menjadi organisasi pergerakan sehingga pada tahun 1906 berubah nama menjadi Sarekat Islam.

Suwardi Suryaningrat yang tergabung dalam Komite Boemi Poetera, menulis Als ik eens Nederlander was (Seandainya aku orang Belanda), 20 Juli 1913 yang memprotes keras rencana pemerintah Hindia Belanda merayakan 100 tahun kemerdekaan Belanda di Hindia Belanda. Karena tulisan inilah dr. Tjipto Mangunkusumo dan Suwardi Suryaningrat dihukum dan diasingkan ke Banda dan Bangka, tetapi karena "boleh memilih", keduanya dibuang ke Negeri Belanda. Di sana Suwardi justru belajar ilmu pendidikan dan dr. Tjipto karena sakit dipulangkan ke Hindia Belanda.

Saat ini, Tanggal berdirinya Boedi Oetomo, 20 Mei, dijadikan sebagai Hari Kebangkitan Nasional.

Selasa, 10 Mei 2011

Ujian Nasional 2011

Share |
Briefing Pengawas Ujian Nasional Tahun 2011

Selasa, 10 Mei 2011 Ujian Nasional SD hari yang pertama telah dimulai dengan Mata Pelajaran Bahasa Indonesia sebagai mata pelajaran pembuka. Perjuangan pun dimulai hari ini selama 3 hari kedepan.

Untuk jadwal Ujian Nasional SD Tahun 2011 adalah sebagai berikut :

Selasa, 10 Mei 2011
Bahasa Indonesia

Rabu, 11 Mei 2011
Matematika

Kamis, 12 Mei 2011
Ilmu Pengetahuan Alam

Semangat untuk siswa-siswi SD/MI/SDLB se Indonesia yang sedang melaksanakan Ujian Nasional... semoga mendapat hasil yang maksimal.




 

Sabtu, 07 Mei 2011

Refresing Kelas VI Sebelum Ujian Nasional

Share |
 
Hari ini Sabtu, 7 Mei 2011, tidak berbeda dengan hari-hari sebelumnya. H-3 Ujian Nasional SD membuat gusar para siswa dalam menjalani persiapan Ujian Nasional yang telah dimulai sejak akhir bulan Februari kemarin. Sesuai kesepakatan bersama, pada hari ini khusus untuk kelas VI baik A maupun B ditiadakan KBM seperti biasa, ini bukan berarti kelas VI libur, namun untuk melepas rasa lelah, dan refresing sebelum Ujian Nasional dilaksanakan maka pada hari ini kelas VI dengan ijin Kepala Sekolah SD Negeri 4 Wonosobo mengadakan Perjalanan ke "Mata Air Si Gajah" yang berada di desa Tlogojati, Kecamatan Wonosobo, Kabupaten Wonosobo. Mata air Si Gajah disini kata orang desa artinya mata air yang menjadi sumber mata air abadi tak pernah kering walau kemarau panjang. 

Dengan ditemani hujan rintik-rintik waktu pagi menjelang, kegiatan pun tetap dilaksanakan dengan hati senang perasaan yang membara ingin melihat bagaimana si tempat yang bernama "Mata Air Si Gajah" itu. dengan guru pendamping Cicilia Sumarti, S.Pd. Susiana, A.Ma., Khamsiatun, S.Pd. dan Yulianto, A.Md. berangkat ke tempat mata air tersebut, dengan bertransportasikan angkutan pedesaan dan perjalanan selama kurang lebih 20 menit dari kota Wonosobo, sampailah di "Mata Air Si Gajah". ternyata tempatnya cukup menyenangkan dengan aliran mata air yang jernih yang tidak berhenti keluar seperti makna yang diartikan dari nama mata air tersebut. Selama kurang lebih 2 Jam para siswa kelas VI dengan senangnya bermain air seperti anak-anak pada kecil umumnya. sampai-sampai ada yang jatuh dan tercebur dalam air tersebut.

Kegiatan pada hari ini diakhiri dengan berkunjungnya ke SD Negeri 1 Tlogojati yang secara suka rela mempersilahkan kami warga SD Negeri 4 Wonosobo untuk berkunjung hanya untuk sekedar mampir, e.. ternyata malah dapat suguhan yang luar biasa... kami dissuguhi "Nasi Jagung" lengkap dengan lauk dan urapnya yang membuat kami betah sampai-sampai tidak ingat waktu kalau hari sudah siang. kira-kira waktu menunjukkan jam 12.00 kami pulang ke sekolah secara bersama dengan menggunakan angkutan pedesaan dan kembali ke rumah masing-masing dalam keadaan sehat walfiat tanpa kurang suatu apa.

Untuk siswa kelas VI A dan VI B SD Negeri 4 Wonosobo, refresing sudah dilaksanakan, kini kalian bersiap untuk menghadapi Ujian Akhir Nasional SD yang akan dilaksanakan selama 3 hari yaitu mulai tanggal 10 Mei 2011 - 12 Mei 2011. Persiapkan diri dengan baik, imbangi dengan belajar, berdoa dan berusaha.. mudah-mudahan kita semua mendapat apa yang terbaik dari Yang Maha Kuasa. dan bisa masuk ke SLTP yang diharapkan. 

SUKSES UNTUK SISWA-SISWI KELAS VI SD NEGERI 4 WONOSOBO... SEMANGAT............!!!!






Senin, 02 Mei 2011

Peringatan Hari Pendidikan Nasional Tanggal 2 Mei 2011

Share |
Hari Ini 2 Mei 2011 Dimana Pada Hari Tersebut Kita Mengenalnya Sebagai Hari Pendidikan Nasional, untuk itu perlu kita kenang jasa-jasa bapak Pendidikan Nasional yaitu Ki Hajar Dewantara.


Sejarah Ki Hajar Dewantara
Raden Mas Soewardi Soerjaningrat (EYD: Suwardi Suryaningrat, sejak 1922 menjadi Ki Hadjar Dewantara, EYD: Ki Hajar Dewantara, beberapa menuliskan bunyi bahasa Jawanya dengan Ki Hajar Dewantoro; lahir di Yogyakarta, 2 Mei 1889 – meninggal di Yogyakarta, 26 April 1959 pada umur 69 tahun[1]; selanjutnya disingkat sebagai "Soewardi" atau "KHD") adalah aktivis pergerakan kemerdekaan Indonesia, kolumnis, politisi, dan pelopor pendidikan bagi kaum pribumi Indonesia dari zaman penjajahan Belanda. Ia adalah pendiri Perguruan Taman Siswa, suatu lembaga pendidikan yang memberikan kesempatan bagi para pribumi jelata untuk bisa memperoleh hak pendidikan seperti halnya para priyayi maupun orang-orang Belanda.

Tanggal kelahirannya sekarang diperingati di Indonesia sebagai Hari Pendidikan Nasional. Bagian dari semboyan ciptaannya, tut wuri handayani, menjadi slogan Departemen Pendidikan Nasional. Namanya diabadikan sebagai salah sebuah nama kapal perang Indonesia, KRI Ki Hajar Dewantara. Potret dirinya diabadikan pada uang kertas pecahan 20.000 rupiah.


ini dia Bapak Pendidikan Nasional Ki Hajar Dewantara

Masa muda dan awal karier
Soewardi berasal dari lingkungan keluarga Keraton Yogyakarta. Ia menamatkan pendidikan dasar di ELS (Sekolah Dasar Eropa/Belanda). Kemudian sempat melanjut ke STOVIA (Sekolah Dokter Bumiputera), tapi tidak sampai tamat karena sakit. Kemudian ia bekerja sebagai penulis dan wartawan di beberapa surat kabar antara lain Sediotomo, Midden Java, De Expres, Oetoesan Hindia, Kaoem Moeda, Tjahaja Timoer, dan Poesara. Pada masanya, ia tergolong penulis handal. Tulisan-tulisannya komunikatif dan tajam dengan semangat antikolonial.

Aktivitas pergerakan
Selain ulet sebagai seorang wartawan muda, ia juga aktif dalam organisasi sosial dan politik. Sejak berdirinya Boedi Oetomo (BO) tahun 1908, ia aktif di seksi propaganda untuk menyosialisasikan dan menggugah kesadaran masyarakat Indonesia (terutama Jawa) pada waktu itu mengenai pentingnya persatuan dan kesatuan dalam berbangsa dan bernegara. Kongres pertama BO di Yogyakarta juga diorganisasi olehnya.

Soewardi muda juga menjadi anggota organisasi Insulinde, suatu organisasi multietnik yang didominasi kaum Indo yang memperjuangkan pemerintahan sendiri di Hindia Belanda, atas pengaruh Ernest Douwes Dekker (DD). Ketika kemudian DD mendirikan Indische Partij, Soewardi diajaknya pula.

Als ik eens Nederlander was
Sewaktu pemerintah Hindia Belanda berniat mengumpulkan sumbangan dari warga, termasuk pribumi, untuk perayaan kemerdekaan Belanda dari Perancis pada tahun 1913, timbul reaksi kritis dari kalangan nasionalis, termasuk Soewardi. Ia kemudian menulis "Een voor Allen maar Ook Allen voor Een" atau "Satu untuk Semua, tetapi Semua untuk Satu Juga". Namun kolom KHD yang paling terkenal adalah "Seandainya Aku Seorang Belanda" (judul asli: "Als ik eens Nederlander was"), dimuat dalam surat kabar De Expres pimpinan DD, tahun 1913. Isi artikel ini terasa pedas sekali di kalangan pejabat Hindia Belanda. Kutipan tulisan tersebut antara lain sebagai berikut.

"Sekiranya aku seorang Belanda, aku tidak akan menyelenggarakan pesta-pesta kemerdekaan di negeri yang telah kita rampas sendiri kemerdekaannya. Sejajar dengan jalan pikiran itu, bukan saja tidak adil, tetapi juga tidak pantas untuk menyuruh si inlander memberikan sumbangan untuk dana perayaan itu. Ide untuk menyelenggaraan perayaan itu saja sudah menghina mereka, dan sekarang kita keruk pula kantongnya. Ayo teruskan saja penghinaan lahir dan batin itu! Kalau aku seorang Belanda, hal yang terutama menyinggung perasaanku dan kawan-kawan sebangsaku ialah kenyataan bahwa inlander diharuskan ikut mengongkosi suatu kegiatan yang tidak ada kepentingan sedikit pun baginya".
Beberapa pejabat Belanda menyangsikan tulisan ini asli dibuat oleh Soewardi sendiri karena gaya bahasanya yang berbeda dari tulisan-tulisannya sebelum ini. Kalaupun benar ia yang menulis, mereka menganggap DD berperan dalam memanas-manasi Soewardi untuk menulis dengan gaya demikian.

Akibat tulisan ini ia ditangkap atas persetujuan Gubernur Jenderal Idenburg dan akan diasingkan ke Pulau Bangka (atas permintaan sendiri). Namun demikian kedua rekannya, DD dan Tjipto Mangoenkoesoemo, memprotes dan akhirnya mereka bertiga diasingkan ke Belanda (1913). Ketiga tokoh ini dikenal sebagai "Tiga Serangkai". Soewardi kala itu baru berusia 24 tahun.

Dalam pengasingan
Dalam pengasingan di Belanda, Soewardi aktif dalam organisasi para pelajar asal Indonesia, Indische Vereeniging (Perhimpunan Hindia).

Di sinilah ia kemudian merintis cita-citanya memajukan kaum pribumi dengan belajar ilmu pendidikan hingga memperoleh Europeesche Akte, suatu ijazah pendidikan yang bergengsi yang kelak menjadi pijakan dalam mendirikan lembaga pendidikan yang didirikannya. Dalam studinya ini Soewardi terpikat pada ide-ide sejumlah tokoh pendidikan Barat, seperti Froebel dan Montessori, serta pergerakan pendidikan India, Santiniketan, oleh keluarga Tagore. Pengaruh-pengaruh inilah yang mendasarinya dalam mengembangkan sistem pendidikannya sendiri.

Taman Siswa
Soewardi kembali ke Indonesia pada bulan September 1919. Segera kemudian ia bergabung dalam sekolah binaan saudaranya. Pengalaman mengajar ini kemudian digunakannya untuk mengembangkan konsep mengajar bagi sekolah yang ia dirikan pada tanggal 3 Juli 1922: Nationaal Onderwijs Instituut Tamansiswa atau Perguruan Nasional Tamansiswa. Saat ia genap berusia 40 tahun menurut hitungan penanggalan Jawa, ia mengganti namanya menjadi Ki Hadjar Dewantara. Ia tidak lagi menggunakan gelar kebangsawanan di depan namanya. Hal ini dimaksudkan supaya ia dapat bebas dekat dengan rakyat, baik secara fisik maupun jiwa.

Semboyan dalam sistem pendidikan yang dipakainya kini sangat dikenal di kalangan pendidikan Indonesia. Secara utuh, semboyan itu dalam bahasa Jawa berbunyi ing ngarsa sung tulada, ing madya mangun karsa, tut wuri handayani. ("di depan menjadi teladan, di tengah membangun semangat, dari belakang mendukung"). Semboyan ini masih tetap dipakai dalam dunia pendidikan rakyat Indonesia, terlebih di sekolah-sekolah Perguruan Tamansiswa.

Pengabdian di masa Indonesia merdeka
Dalam kabinet pertama Republik Indonesia, KHD diangkat menjadi Menteri Pengajaran Indonesia (posnya disebut sebagai Menteri Pendidikan, Pengajaran dan Kebudayaan) yang pertama. Pada tahun 1957 ia mendapat gelar doktor kehormatan (doctor honoris causa, Dr.H.C.) dari universitas tertua Indonesia, Universitas Gadjah Mada. Atas jasa-jasanya dalam merintis pendidikan umum, ia dinyatakan sebagai Bapak Pendidikan Nasional Indonesia dan hari kelahirannya dijadikan Hari Pendidikan Nasional (Surat Keputusan Presiden RI no. 305 tahun 1959, tanggal 28 November 1959).Ia meninggal dunia di Yogyakarta tanggal 26 April 1959.

Spesial untuk pagi ini kami segenap guru dan karyawan SD Negeri 4 Wonosobo mengucapkan Selamat Hari Pendidikan Nasional, mari bangun kecerdasan, kebersamaan, dan keteladanan


Berita Wonosobo

Dinas Pendidikan

Suara Merdeka CyberNews

UNICEF News